Kamis, 08 Mei 2014

Samudera Hujan


Tarian air yang syahdu terjatuh
Membuat ku kembali pada konyak hitam ku
Berkata rindu, aku tak mampu
Air ini terus menari
Kau berkata, namaku berhambur dalam do’amu
Aku amini semua ketulusan mu.

Tahukah kau saat dada ini menggebu
Hanya Do’a yang bisa ku ucap
Hanya sebuah mata yang siap menghujamkan pasukan air jatuh ke pipi
 Apa suatu saat jemari ini dapat menyentuh mu?
Mengusap keringat ketulusaan saat kau merasa lelah.

Apa mata ini akan menjadi penyejuk hati mu?
Memberikan sebuah isyarat, semua akan baik-baik saja kekasih ku.
Seperti matahari yang akan menemui pagi.

Apa saat ini aku sedang menjadi mentari itu?
Yang senantiasa menunggu pagi, dan memberikan cahaya kehidupan pada alam semesta.
Kau tau, aku menikmati jalan ini.

Aku mohon, jangan buat aku terlena sehingga aku lupa akan sebuah logika
Kau percaya suara hati?
Kau percaya ketenangan?
Aku bertahan karna suara Tuhan dan ketenangan yang mengisyarakan pelangi indah akan segera hadir dan membisikan sebuah keabadian.

Bukan, bukan karna aku berlebihan
Dan menutup mata ku
Bukan , bukan aku tak melihat sesuatu yang tak logis.
Tapi ini tentang jiwa, dan aku masih mempunyai logika yang sehat.       



          5814.10:52

0 komentar:

Posting Komentar